Metode Prototype merupakan sebuah teknik pengembangan sistem yang menggunakan prototype untuk menggambarkan sistem sehingga pemilik sistem memiliki gambaran pasti mengenai sistem yang akan dibangun oleh tim pengembang.
Prototype dalam bahasa Indonesia disebut dengan purwarupa (rupa awal), dan prototype merupakan rupa awal dari sistem yang menggambarkan rupa akhir dari sebuah sistem.
Contoh mudahnya, saat akan membangun rumah, biasanya calon pemilik akan dibuatkan sketsa atau bahkan rumah dalam bentuk kecil yang menjelaskan secara jelas bagaimana bentuk rumah yang akan dibangun nantinya. Nah, itulah analogi dari sebuah prototipe yang dibuat.
Cara pengembangan perangkat lunak Prototype digunakan ketika klien kurang bisa menjelaskan atau menerjemahkan sistem yang akan dibuatnya.
Dengan prototype klien dapat berdiskusi dengan tim pengembang (developer) untuk menyamakan persepsi atau pemahaman terhadap sistem yang akan dibuat, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses pembuatan sistem/aplikasi/perangkat lunak nantinya.
Ingin tahu lebih jelasnya simak saja bahasan METODE PROTOTYPE: Kelebihan, Kekurangan & Tahapan Model berikut.
Tentang Metode Prototype
Metode prototype adalah sebuah metode pengembangan dengan melakukan pengujian cara kerja sebuah aplikasi baru.
Prototype menjadi gambaran awal sebuah sistem dan bagaimana hasil akhir yang diinginkan dari sistem tersebut.
Umumnya metode ini menggunakan proses interaksi terus menerus sampai sistem bisa berfungsi dengan baik.
Sedangkan Metode Prototype menurut seorang Pressman (2002:40) adalah klien dan pengembang berkomunikasi langsung untuk menjelaskan obyektif perangkat lunak secara menyeluruh dan mengidentifikasikan kebutuhan dalam pengembangannya.
Dimulai dari input, format output dan interface yang dipakai, sehingga bisa melakukan rancangan secara mudah, lalu barulah dilakukan tahapan pengujian dan evaluasi.
Metode prototype mampu menghindari kesalahpahaman dalam proses pengembangan sistem antara developer dan user.
Karena seringnya user tidak dapat menjelaskan dengan baik gambaran besar sistem yang akan dibuatnya.
Dengan metode ini user bisa dengan mudah berdiskusi langsung mengenai sistem dan untuk menyatukan persepsi dengan tim developer.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan metode prototype yang ingin mengembangkan model sampai menjadi sistem yang finish.
Dengan metode ini, sistem bisa dikembangkan lebih mudah , cepat dan biaya yang tidak terlalu mahal dananya.
Metode Prototype
Metode prototype memiliki tiga siklus seperti berikut:
1. Listen to Customer
Tahap ini yaitu identifikasi kebutuhan user, hal ini harus dilakukan agar developer mendapatkan informasi tentang keinginan ataupun masalah yang dihadapinya.
Informasi data yang didapatkan, bisa menjadi dasar dalam mencari cara serta pengembangan untuk tahap berikutnya.
2. Build and Revise Mock Up
Saat kebutuhan membuat sistem terkumpul, proses selanjutnya yaitu membuat rancangan prototype sesuai kebutuhan user, dengan melalui
Tahapan sebagai berikut:
- Perancangan untuk alur proses pada sistem, mulai dari, input, output yang sudah diusulkan oleh klien.
- Perancangan Unified Modelling Language atau yang disingkat dengan UMl, yaitu perancangan yang bertujuan mengidentifikasikan sistem apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana merealisasikannya.
- Perancangan Interface atau tampilan antarmuka dan beragam fitur yang dibutuhkan oleh klien.
3. Customer Test Drives Mock-up
Tahapan ini bertujuan daklam melakukan pengujian prototype sistem dan melakukan evaluasi jika prototype sistem dibuat sesuai dengan kebutuhan user.
Jika hasil dari pengujian prototype masih belum memenuhi kebutuhan user, maka pengembang harus memperbaiki ulang prototypenya.
Sampai prototype bisa direalisasikan menjadi sistem akhir yang sesuai dengan target user.
Baca Juga: PENGERTIAN GLOBALISASI: Penyebab, Teori, 4 Ciri & Dampak
4. Tahapan Metode Prototype
Ada beberapa tahapan dalam metode prototype ini, dan beberapa sumber menyebutkan prototype memiliki 3,4,5,6 atau 7 tahapan.
Paling tidak memiliki 6 tahapan seperti berikut ini.
Tahap 1: Requirements Gathering and Analysis (Analisis Kebutuhan)
Tahapan model prototype ini dimulai dari analisis kebutuhan, dan dalam tahap ini kebutuhan sistem didefinisikan secara rinci.
Dalam prosesnya, klien dan tim developer akan bertemu untuk menjelaskan secara detail sistem seperti apa yang diinginkan user.
Tahap 2: Quick Design (Desain cepat)
Tahap kedua yaitu pembuatan desain sederhana yang akan memberi gambaran singkat mengenai sistem yang akan dibuat, dan ini berdasarkan diskusi dari langkah 1 di awal.
Tahap 3: Build Prototype (Bangun Prototipe)
Setelah desain disetujui selanjutnya yaitu pembangunan prototipe yang akan dijadikan sebagai rujukan tim programmer untuk pembuatan program atau aplikasi.
Tahap 4: User Evaluation (Evaluasi Pengguna Awal)
Pada tahap ini, sistem yang sudah dibuat dalam bentuk prototipe akan di presentasikan pada klien untuk di evaluasi.
Selanjutnya klien akan memberikan komentar dan saran terhadap apa yang sudah dibuat tadi.
Tahap 5: Refining Prototype (Memperbaiki Prototipe)
Jika klien tidak memiliki catatan revisi dari prototipe yang dibuat, maka tim bisa lanjut pada tahapan selanjutnya atau 6, tapi jika klien memiliki catatan untuk perbaikan sistem, maka fase 4-5 terus berulang sampai klien setuju dengan sistem yang akan dibuat.
Tahap 6: Implement Product and Maintain (Implentasi dan Pemeliharaan)
Pada fase akhir ini, produk akan dibuat oleh para programmer berdasarkan prototipe akhir, dan sistem akan diuji dan diserahkan pada klien.
Selanjutnya yaitu masuk fase pemeliharaan agar sistem bisa berjalan lancar tanpa masalah.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Prototype
Dalam metode pengembangan sistem jenis Prototype terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah:
1. Kelebihan Metode Prototype
Yaitu:
- Menghemat waktu dan Biaya pengembangan
- Adanya keterlibatan pemilik sistem sehingga kesalahan sistem bisa diatasi dari awal proses
- Membantu anggota tim untuk berkomunikasi secara efektif
- Klien memiliki kepuasan tersendiri karena sudah memiliki gambaran dari sistem yang akan dibuat
- Implementasi atau penggunaan sistem lebih mudah karena klien sudah tahu gambaran sistem sebelumnya
- Kemudahan dalam memperkirakan pengembangan sistem selanjutnya
- Memungkinkan klien untuk mempersiapkan perangkat lunak yang cocok dengan sistem yang akan dibuatnya
2. Kekurangan Metode Prototype
Berikut enam kekurangan dari Metode Prototype, yaitu:
- Prototype menjadi metode yang menghabiskan banyak waktu jika klien kurang puas di tahapan awal
- Klien terus menerus menambah requirement dari sistem, akan dibuatkan yang seperti inilah seperti itulah, sehingga menambah kerumitan pembuatan sistem.
- Sistem akan terhambat jika komunikasi kedua belah pihak tidak berjalan dengan efektif.
- Metode prototype bisa membuang banyak waktu saat klien merasa tidak puas pada tahap pertama.
- Klien bisa menambah requirement pada sistem, yang membuat kerumitan pada pengembangan sistem bertambah.
- Pengerjaan sistem bisa terlambat kalau komunikasi tim developer dan klien tidak baik.
Baca Juga: Daftar 4 Negara-Negara di Benua Asia Beserta Ibukotanya Baru
Kesimpulan
Metode prototype merupakan sebuah metode pengembangan dengan melakukan pengujian cara kerja sebuah aplikasi baru.
Dengan prototype klien bisa berdiskusi dengan tim pengembang (developer) dalam menyamakan persepsi atau pemahaman terhadap sistem yang akan dibuat, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses pembuatan sistem/aplikasi/perangkat lunak nantinya.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam membuat prototype ini, bahasan lengkapnya seperti penjelasan METODE PROTOTYPE: Kelebihan, Kekurangan & Tahapan Model di atas.
Orang juga bertanya
- 170+ Macam-Macam Profesi Pekerjaan dan Tugasnya, LENGKAP!!
- Skema Inverter DC to AC, 4 Jenis dan Ukurannya Lengkap
- Resonator Knalpot Motor dan Mobil, 3 Fungsi & Harga Knalpot
- Fridge Artinya: 7 Komponen & Pertanyaan Seputar Kulkas
- ARTIFICIAL INTELLIGENCE: Pengertian, Tujuan & Contohnya
- PENGERTIAN SISTEM EKONOMI: Fungsi, Macam Macam dan Sistem Ekonomi Indonesia
- 25 Macam Perangkat Keras Komputer dan Fungsinya (Hardware)
Daftar Isi: