METODE WATERFALL: Pengertian, Kelebihan & Tahapan Model

  •   Okt 2024  •   10 min read  •   Comment

Saat ini terdapat banyak jenis model pengembangan perangkat lunak atau yang sering disebut dengan SDLC (Software Development Life Cycle).

Hal ini masih berkaitan dengan Metode Waterfall yang merupakan salah satu model pengembangan yang saat ini cukup populer dan banyak dipakai oleh para pengembang software.

Di era sekarang ini, semua orang berlomba dengan efektifitas dan efisiensi waktu, cara-cara manual seringnya sudah tidak dianggap relevan dengan kebutuhan di saat ini yang serba cepat.

Oleh karena itu, perkembangan teknologi menjadi salah satu metode yang tepat untuk menjawab semua kebutuhan tersebut.

Sistem informasi menjadi salah satu jawaban dan jalan keluar yang praktis untuk masalah teknologi dan aktivitas manusia.

Terlebih jika aktivitas tersebut membutuhkan teknologi yang bisa dijalankan baik itu operasi dan persoalan manajemen.

Selain itu, sistem informasi yang menjadi buah tangan manusia berasal dari pengembangan sistem lama yang diperbaharui.

Dimana metode ini akan terus terjadi secara berulang-ulang, lebih jelasnya simak penjelasan metode waterfall: pengertian, kelebihan & tahapan model berikut.

Pengertian Metode Waterfall

Metode Waterfall merupakan salah satu jenis model pengembangan aplikasi dan termasuk ke dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), yang intinya menekankan pada fase yang berurutan dan sistematis.

Sedangkan model pengembangannya, bisa dianalogikan seperti air terjun, dimana setiap tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah.

Sehingga, untuk setiap tahapan tidak boleh dikerjakan secara bersamaan.

Baca juga: PENGERTIAN TEKNOLOGI: Sejarah, Perkembangan, Manfaat & Contoh

Sehingga, perbedaan dari metode Waterfall dengan metode Agile ini terletak pada tahapan SDLC.

Model ini juga termasuk ke dalam pengembangan perangkat lunak yang bisa dikatakan kurang iteratif dan fleksibel.

Karena, proses yang mengarah pada satu arah saja seperti air terjun.

Sejarah Model Waterfall

Penggunaan metode Waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada tanggal 29 Juni 1956.

Presentasi tersebut menjelaskan mengenai pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Automatic Ground Environment).

Di tahun 1983, dipresentasikan kembali oleh Benington dan menjelaskan tentang fase dalam proses pengembangannya.

Dan pada tahun 1985, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga memakai metode ini dengan beberapa tahapan yang digunakan, terdiri dari beberapa fase, seperti: Preliminary design, Detailed design, Coding and unit testing, Integration, dan Testing.

Tahapan Model Waterfall

Tahapan Model Waterfall

Setelah tahu apa itu metode Waterfall, selanjutnya kamu juga harus tahu mengenai tahapan metode Waterfall.

1. Requirement

Tahapan metode Waterfall yang pertama yaitu mempersiapkan dan menganalisa kebutuhan dari software yang akan dikerjakan.

Informasi dan insight yang diperoleh dapat berupa dari hasil wawancara, survei, studi literatur, observasi, hingga diskusi.

Umumnya di dalam sebuah perusahaan, tim analis akan menggali informasi sebanyak – banyaknya dari klien atau user yang menginginkan produk dan dengan kebutuhan sistemnya.

Selain itu, juga bisa mengetahui setiap batasan dari perangkat lunak yang akan dibuat.

2. Design

Tahap yang selanjutnya yaitu pembuatan desain aplikasi sebelum masuk pada proses coding.

Tujuan dari tahap ini, agar mempunyai gambaran jelas mengenai tampilan dan antarmuka software yang kemudian akan dieksekusi oleh tim programmer.

Untuk proses ini, akan berfokus pada pembangunan struktur data, arsitektur software, perancangan interface, sampai perancangan fungsi internal dan eksternal dari setiap algoritma prosedural.

Tim yang mengerjakan tahap ini, biasanya lebih banyak menggunakan UI/UX Designer, atau orang yang memiliki kemampuan dalam bidang desain grafis atau Web Designer.

3. Implementation

Tahapan metode Waterfall yang berikutnya yaitu implementasi kode program dengan menggunakan berbagai tools dan bahasa pemrograman sesuai dengan kebutuhan tim dan perusahaan.

Sehingga, pada tahap implementasi lebih berfokus pada hal teknis, dimana hasil dari desain perangkat lunak akan diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman lewat tim programmer atau developer.

Di dalam tahap pengembangan ini, biasanya dibagi lagi menjadi 3 tim yang memiliki tugas yang berbeda.

Pertama ada front end (untuk client side), backend (untuk server side), dan full stack (gabungan antara front end dan backend).

Selain itu, di tahap ini juga dilakukan pemeriksaan lebih dalam terkait dengan modul yang sudah dibuat, apakah berjalan dengan seharusnya atau tidak.

4. Integration & Testing

Tahap yang berikutnya, masuk dalam proses integrasi dan pengujian sistem.

Di tahap ini, akan dilakukan penggabungan modul yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya.

Setelah proses integrasi sistem sudah selesai, berikutnya masuk pada pengujian modul.

Yang bertujuan dalam mengetahui apakah perangkat lunak sudah sesuai dengan desain, dan fungsionalitas dari aplikasi apakah berjalan dengan baik atau tidak.

Sehingga, dengan adanya tahap pengujian, maka bisa mencegah terjadinya kesalahan, bug, atau error pada program sebelum masuk di tahap produksi.

Orang yang bertanggung jawab untuk melakukan testing yaitu QA (Quality Assurance) dan QC (Quality Control).

Baca juga: PERDAGANGAN INTERNASIONAL: Pengertian, Manfaat, Teori dan Faktor Pendorong

5. Operation & Maintenance

Tahapan metode Waterfall yang terakhir yaitu pengoperasian dan perbaikan dari aplikasi.

Setelah dilakukan pengujian sistem, maka akan masuk pada tahap produk dan pemakaian perangkat lunak oleh pengguna (user).

Untuk proses pemeliharaan ini, memungkinkan pengembang dalam melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ditemukan pada aplikasi setelah digunakan oleh user.

Sehingga, pada intinya model Waterfall ini dalam proses pemakaiannya mengikuti prinsip dari air terjun.

Dimana setiap pekerjaan akan dilakukan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah.

Hal tersebut yang merupakan karakteristik dari SDLC.

Kelebihan Metode Waterfall

Berikut ini adalah beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metode Waterfall, antara lain yaitu:

1. Workflow Yang Jelas

Dengan menggunakan model SDLC jenis ini, memiliki rangkaian alur kerja sistem yang jelas dan terukur.

Masing – masing tim, memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang keahliannya.

Serta bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Hasil Dokumentasi yang Baik

Waterfall adalah pendekatan yang sangat metodis, dimana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi pada setiap anggota tim secara cepat dan akurat.

Dengan adanya dokumen, maka pekerjaan dari setiap tim akan menjadi lebih mudah, dan mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut.

3. Bisa Menghemat Biaya

Kelebihan selanjutnya tentu saja dari segi resource dan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini.

Sehingga, dalam hal ini klien tidak bisa mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit.

Berbeda dengan metode Agile, yang mana klien bisa memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait dengan perubahan atau penambahan beberapa fitur.

Sehingga perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada Waterfall.

4. Digunakan Untuk Pengembangan Software Berskala Besar

Metode satu ini dinilai sangat cocok untuk menjalankan pembuatan aplikasi berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang kompleks.

Akan tetapi, Model ini juga bisa digunakan untuk proyek berskala kecil dan menengah. T

entu saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang akan diambil.

Kelemahan dari Metode Waterfall

Berikut ini adalah beberapa kelemahan dari metode Waterfall, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Membutuhkan Tim yang Solid

Untuk menggunakan model SDLC ini, tentu saja membutuhkan dukungan dari setiap stakeholders yang ada.

Setiap tim harus memiliki kerja sama dan koordinasi yang baik.

Dikarenakan, jika salah satu tim tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya, maka akan sangat berpengaruh terhadap alur kerja tim yang lain.

2. Masih Kurangnya Fleksibilitas

Semua tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang sudah ditetapkan di awal.

Sehingga, klien tidak bisa mengeluarkan pendapat dan feedback kepada tim pengembang.

Klien hanya bisa memberikan masukan pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.

3. Tidak Bisa Melihat Gambaran Sistem dengan Jelas

Dengan model Waterfall, customer tidak bisa melihat gambaran sistem secara jelas. Berbeda dengan model agile yang dapat terlihat dengan baik meski masih dalam proses pengembangan.

4. Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama

Proses pengerjaan menggunakan Waterfall ini terbilang cukup lama jika dibandingkan dengan model SDLC yang lain.

Karena, tahapan pengerjaan aplikasi yang dilaksanakan dengan cara satu per satu membuat waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.

Sebagai contoh, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim designer belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi.

Contoh metode Waterfall

Sama dengan proses pembuatannya, pengembangan metode Waterfall memerlukan beberapa tahap.

Dalam penerapannya, metode Waterfall memiliki setidaknya 6 langkah proses.

Yang mana proses ini diawali dengan analisis dari persyaratan yang telah dikomunikasikan dan diakhiri dengan proses verifikasi sereta maintenance.

Berikut adalah contoh penggunaan metode Waterfall pada sistem informasi klien distributor sebuah perusahaan manufaktur.

Tahap pertama yaitu latar belakang proyek yang telah disepakati jika perlu adanya pemetaan distributor dalam jangka waktu panjang.

Setelah itu, lima tahap berikutnya yaitu sebagai berikut.

1. Persyaratan dan Dokumen (Analisis)

Di tahap ini dilakukan berbagai analisis terhadap persyaratan seperti melakukan wawancara kepada tiap stakeholders distributor.

Data-data mengenai total distributor, status aktif atau tidak aktifnya distributor, alamat distributor, dan beberapa hal pokok lain.

2. Desain

Perancangan sistem ini dilakukan dengan Entity Relationship Diagram (ERD) untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi.

Pada tahap ini bisa dilakukan dengan Use Case atau diagram Sequence untuk memodelkan logika dari metode operasi.

3. Implementasi

Sistem informasi para distributor dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor (PHP) dengan framework CodeIgniter untuk mempercepat dan merapikanpemrograman, baik segi kode dan juga file-nya.

4. Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek fungsi dari aplikasi.

Hal ini dilakukan oleh ahli sistem informasi, petugas administrasi, dan para target aplikasi atau dalam hal ini para distributor.

5. Maintenance

Tahap ini adalah pemeliharaan jika dalam proses penggunaannya terdapat fitur yang perlu diperbaiki.

Tahap ini dilakukan dalam memperbaiki kesalahan saat sistem aplikasi digunakan oleh target atau user.

Secara umum, metode Waterfall terbilang cukup ringkas karena diproses secara bertahap.

Demikian juga saat pengembangannya juga dilakukan secara bertahap. Meski tetap saja, proses maintenance baru bisa dilakukan di akhir pengembangan karena tiap tahap permodelan dilakukan secara satu demi satu.

Bagaimana juga metode ringkas ini tetap memakan waktu lama karena tiap tahapan diharapkan diselesaikan dengan sempurna.

Manfaat lain dari metode Waterfall antara lain:

  • Pengembang bisa menangkap kesalahan desain selama tahap analisis dan desain, membantu dalam menghindari penulisan kode yang salah selama tahap implementasi.
  • Total biaya proyek bisa diperkirakan secara akurat, seperti halnya timeline, setelah persyaratan ditentukan.
  • Dengan pendekatan terstruktur, lebih mudah untuk mengukur kemajuan sesuai dengan tonggak yang jelas.
  • Pengembang yang bergabung dengan proyek yang sedang berlangsung bisa dengan mudah mendapatkan kecepatan karena semua yang perlu mereka ketahui harus ada dalam dokumen persyaratan.
  • Pelanggan tidak selalu menambahkan persyaratan baru ke proyek, sehingga menunda produksi.

Baca juga: PENGERTIAN SDLC: Fungsi, Metode dan 6 Tahapan SDLC

Scope Metode Waterfall

Model Waterfall biasanya digunakan dalam proyek-proyek kecil di mana semua persyaratan didefinisikan dan tidak ada ruang untuk perubahan persyaratan.

1. Jenis Metode Waterfall Menurut Pressman

  • Communication
  • Planning
  • Modelling
  • Construction
  • Deployment

2. Jenis Metode Waterfall Menurut Sommerville

  • Requirements Definition
  • System and Software Design
  • Implementation and Unit Testing
  • Integration and System Testing
  • Operation and Maintenance

3. Jenis Metode Waterfall Secara Umum

  • Requirement
  • Design
  • Implementation
  • Verification
  • Maintenance

Contoh Penerapan Metode Waterfall

Berikut ini yaitu salah satu contoh penerapan metode Waterfall yang dipublikasi melalui artikel berjudul ‘Implementasi Metode Waterfall Dalam Pembangunan Sistem Informasi Pada Klinik Tiara Bunda Berbasis Web Service’.

NoTahapanUraian
1.Alasan menggunakan Metode WaterfallKlinik masih menggunakan sistem manual pada pelayanannya. Di mana hal tersebut justru menghambat proses penilaian karena memakan waktu yang lama. Selain itu, seringkali terjadi kesalaahan pada pencatatan data
2.AnalisisAnalisis yang dipakai adalah studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan cara melakukan pencarian di buku, jurnal, dan artikel.

Sedangkan, studi lapangannya menggunakan metode wawancara.

Wawancara diterapkan kepada Supervisor, Kepala Bagian Admistrasi, dan staff lainnya di Klinik Tiara Bunda.

3.DesainPerancangan sistem menggunakan flowmap, DFD, diagram konteks, dan kamus data.
4.ImplementasiSistem informasi akan dibuat dengan menggunakan topologi star (bintang).

Di mana tiap-tiap computer client akan terhubung ke computer server melalui hub atau switch.

5.Pengujian SistemPengujian sistem dilakukan dengan menggunakan black box.

Sehingga, tidak perlu mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi dalam sistem atau perangkat lunak.

Karena, yang diuji hanya masukkan dan keluarannya saja.

6.MaintenancePemeliharaan akan dilakukan jika terjadi kerusakaan pada salah satu jalur.

Jadi, bila terdapat kerusakan, maka yang perlu diperbaiki hanya satu jalur itu saja tanpa menggangu dan menimbulkan efek pada jalur yang lainnya.

Kesimpulan

Metode Waterfall merupakan sebuah model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis.

Untuk proses pengerjaannya sendiri, bisa dilakukan dengan berbagai tim proyek yang dibagi sesuai dengan keahlian masing – masing.

Paling tidak, terdapat 5 fase dalam tahapan metode Waterfall, yaitu analisa kebutuhan, desain, implementasi, integrasi & pengujian, dan operasi dan pemeliharaan.

Penggunaan metode Waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada tanggal 29 Juni 1956.

Ada beberapa penjelasan metode waterfall: pengertian, kelebihan & tahapan model seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi.

Orang juga bertanya

English private teacher, seo writter, english translator, and content writer.

Tinggalkan komentar