PERANG DIPONEGORO: Latar Belakang, Penyebab, Kronologi & Akhir Perang

  •   Des 2023  •   9 min read  •   Comment

Perang merupakan sebuah aksi dari fisik, non fisik dan kondisi permusuhan dengan terjadinya kekerasan yang biasanya terjadi antara dua ataupun lebih kelompok manusia.

Dimana peperangan dilakukan untuk mendapatkan dominasi di wilayah yang menjadi pertentangkan.

Perang menjadi turunan dari sifat dasar manusia yang tetap ada sampai saat ini dengan memelihara dominasi dan juga persaingan dalam sarana memperkuat diri dengan cara menundukkan pihak yang dilawan atau musuh.

Dari zaman dahulu sampai saat ini perang tidak bisa hilang secara utuh dari muka bumi, masih ada saja sejauh peperangan yang terjadi.

Salah satu yang akan di bahas kali ini berkaitan dengan perang tempo dulu yang dikenal dengan perang diponegoro, selengkapnya simak bahasan perang diponegoro: latar belakang, penyebab, kronologi & akhir perang berikut.

Tentang Sosok Pangeran Diponegoro

PERANG DIPONEGORO: Latar Belakang, Penyebab, Kronologi & Akhir Perang

Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pangeran yang dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Republik Indonesia yang sangat berani dalam melawan para penjajah Belanda.

Ia adalah tokoh pejuang yang berasal dari Indonesia tepatnya yaitu daerah Yogjakarta, dimana perang Diponegoro menjadi perang terbesar yang terjadi di pulau Jawa.

Pangeran Diponegoro bernama aslinya adalah Bendoro Raden mas Ontowiryo yang merupakan anak sulung dari Sultan Hamengkubuwana III yang menjadi raja Mataram.

Pangeran Diponegoro lahir pada tanggal 11 November 1785, dan ibunya adalah seorang selir yang bernama R.A Mangkarawati yang berasal dari Pacitan.

Beliau menolak keinginan dari sang ayah yang ingin mengangkatnya menjadi seorang raja karena ia adalah anak dari seorang selir dan bukan anak dari permaisuri.

Menjadi anak yang berasal dari golongan ningrat yang biasanya hidupnya penuh dengan kemewahan dan juga istimewa, namun pangeran Diponegoro lebih suka untuk kehidupan merakyat dan memiliki kesetaraan dengan rakyat.

Ia juga memilih untuk tinggal di luar keraton dan memilih untuk tinggal di desa Tegalrejo.

Dan ini menjadi hal beberapa kebiasaan pangeran Diponegoro :

  • Suka minum anggur bersama dengan para orang-orang Eropa namun tidak menjadikannya sebagai keutamaan yang berlebihan.
  • Kebiasaan pangeran Diponegoro yang suka mengunyah sirih .
  • Mengoleksi emas dan berlian dan benda berharga miliknya yaitu batu akik hitam yang disimpan dalam pembungkus emas.
  • Kesenangannya memelihara burung dan juga berkebun, membangun kebun dengan menanam bunga, sayuran, dan juga ada buah-buahan dan pepohonan yang hijau.
  • Pangeran Diponegoro memiliki 12 putra dan 10 putri yang keturunannya kini ada tersebar di seluruh Dunia, seperti Jawa, Madura, Sulawesi,  Dan Maluku, bahkan ada yang di luar negeri Di Australia, Serbia, Jerman, Belanda, dan Arab Saudi.

Sejarah Perang Diponegoro

Sejarah Perang Diponegoro

Di Indonesia pernah mengalami masa peperangan yang terjadi hampir di semua daerah, dan untuk ulasan ini kita akan membahas tentang peperangan yang terjadi Diponegoro.

Perang diponegoro menjadi perang besar yang terjadi selama 5 tahun yaitu pada tahun 1825 sampai 1830 di pulau Jawa, Hindia Belanda dan perang diponegoro dikenal dengan perang jawa.

Perang ini menjadi salah satu pertempuran terbesar yang terjadi di Indonesia yaitu antara Belanda dan penduduk Nusantara.

Pada saat itu pasukan dari Belanda dipimpin oleh Hendrick Merkus De kock dan penduduk Jawa dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

Pada saat masa peperangan terjadi banyak penduduk Jawa yang tewas dan mencapai 200.000 jiwa dan dari pihak Belanda 8.000 dan prajurit Pribumi sebanyak 7.000.

Awal Mula Perang Diponegoro

Setelah wafatnya Sri Hamengkubuwono IV, Kesultanan Yogyakarta di tahun 1822 dikuasai oleh Residen Yogyakarta, bernama Hendrik Smissaert yang ikut dalam urusan kekuasaan keraton.

Sementara itu, Jenderal van der Capellen ingin dan meminta semua tanah sewa dikembalikan kepada pemiliknya dengan kompensasi yang diberikan.

Namun, hal ini tersebut disetujui oleh Pangeran Diponegoro karena bisa menyebabkan keraton mengalami kebangkrutan.

Akan tetapi, Smissaert berhasil membujuk Ratu Ageng dan Patih Danuredjo sebagai wali raja untuk memutuskan kebijakan tersebut sehingga keraton terpaksa meminjam uang dari Kapitan Tionghoa untuk membayar kompensasi yang diminta.

Baca juga: KERAJAAN SINGASARI: Letak, Sejarah, Silsilah, & 6 Peninggalan

Penyebab Terjadinya Perang Diponegoro

Di bawah pimpinan pangeran Diponegoro terjadinya pertempuran rakyat pada 1825 hingga 1830 menjadi satu perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Dan penyebab terjadinya perang Diponegoro bisa disimpulkan ada dua alasan yaitu sebab umum dan juga sebab khusus.

Berikut ini adalah sebab-sebab umum yang membuat terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai berikut :

  • Muncul rasa kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam
  • Wilayah kesultanan Mataram yang kian sempit dan para raja sebagai pengusaha Pribumi yang mulai kehilangan kedaulatan
  • Belanda ikut campur tangan dalam masalah kesultanan
  • Sebagian dari bangsawan yang merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat dari keraton.
  • Para bangsawan juga merasa kecewa karena Belanda sudah menghapus sistem penyewaan tanah oleh para bangsawan kepada petani yang mulai terjadi pada tahun 1824
  • Kehidupan rakyat yang semakin menderita dan disuruh kerja paksa dan harus membayar berbagai macam pajak bumi
  • Adanya pajak tanah
  • Adanya pajak jumlah pintu
  • Adanya pajak ternak
  • Adanya pajak pindah rumah
  • Adanya pajak menyewa tanah atau menerima jabatan
  • Dan pemasangan Patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan juga makam para leluhur pangeran Diponegoro di Tegalrejo, pemasangan ini terjadi tanpa izin dari kerajaan sehingga ditentang oleh Pangeran Diponegoro.

Sebab khusus lainnya yaitu adanya provokasi yang dilakukan oleh pihak Belanda untuk merencanakan pembuatan jalan menerobos tanah pangeran Diponegoro dan juga membongkar makam keramat.

Diponegoro tersingkir dari kekuasaan karena sudah menolak untuk berkompromi dengan Belanda dan lebih memilih untuk ke Tegalrejo dan memusatkan perhatian pada perkembangan keagamaan.

Hal ini yang membuat pangeran marah dan membangun pertahanan di Selarong dan dukungan kepada Diponegoro datang dari banyak area yang membuat pasukan Diponegoro menjadi lebih kuat.

Perang Diponegoro disebabkan karena menguatnya pengaruh Belanda di dalam tubuh keraton dan sejumlah pejabat Belanda banyak menodai adat istiadat keraton dan tidak menghormati Islam sebagai agama resmi keraton.

Di sisi lain, banyak punggawa keraton yang memihak kepada Belanda karena mendapatkan banyak keuntungan.

Hal ini menyebabkan pangeran Diponegoro memutuskan hubungan dengan kerajaan pada bulan Oktober 1824 dan kembali ke Tegalrejo.

Di Tegalrejo, ia membahas untuk melakukan pemberontakan pada bulan Agustus di tahun berikutnya.

Perang akhirnya terjadi pada Mei 1825 saat Smissaert memperbaiki jalan Yogyakarta-Magelang melalui Tegalrejo.

Perbaikan jalan tersebut melewati batas atau patok makam leluhur pangeran Diponegoro sehingga membangkitkan rasa emosi.

Dan tidak tinggal diam, ia memerintahkan mengganti patok tersebut dengan tombak sebagai simbol perang terhadap keraton Yogyakarta dan Belanda.

Baca juga: MASYARAKAT MADANI: Pengertian, Konsep, Sejarah, Ciri & Contoh

Kronologi Perang Diponegoro

Keraton Diponegoro yang ingin menangkap Diponegoro untuk mencegah perang dan pihak keraton merasa Diponegoro terlalu fanatik terhadap keagamaan sehingga mengabaikan tugasnya sebagai wali raja.

Untuk menangkap Diponegoro, kediaman Diponegoro lalu dibakar, namun ia melarikan diri dan pergi ke Kulonprogo hingga Bantul.

Dan, ia membuat sebuah perkumpulan dan berhasil mengajak masyarakat untuk bergabung dalam perang suci.

Sebanyak 15 orang pangeran bergabung dengan Diponegoro dan ia juga merekrut penjahat profesional untuk melawan Belanda.

Pertempuran terjadi di puluhan desa dan pangeran Diponegoro menyerang pusat-pusat kekuatan Belanda saat musim hujan tiba karena Belanda lebih memilih gencatan senjata pada musim hujan.

Dan jalur-jalur logistik dan pabrik untuk merakit bom dibangun di hutan-hutan.

Sementara Belanda memilih mengadakan propaganda dan mengajak masyarakat untuk melawan pangeran Diponegoro.

Di tahun 1828, Jenderal de Kock menerapkan strategi Benteng Stelsel berhasil menangkap Kyai Mojo.

Menyusul pada tahun berikutnya, 1829, Pangeran Mangkubumi dan Sentot Alibasyah menyerah kepada Belanda.

Dan akhirnya, pada Maret 1830, Pangeran Diponegoro yang terjepit di Magelang memilih menyerah dengan catatan para anggota-anggota laskarnya dibebaskan seutuhnya.

Proses Terjadinya Perang Diponegoro

Pangeran Diponegoro memimpin atas pasukannya dengan perang secara gerilya, dan Gubernur Jenderal Van der Capellen menjalankan strategi dengan mendirikan benteng di setiap tempat yang ia kuasai.

Dan juga untuk mempersempit gerakan dari pasukan Diponegoro, karena melemahnya kedudukan Diponegoro sehingga menyebabkan ia menerima tawaran untuk perundingan dengan Belanda Di Magelang.

Namun perundingan ini gagal dalam mencapai kata sepakat, karena inilah pangeran Diponegoro ditangkap dan dipindahkan ke Manado lalu dipindahkan lagi ke Makassar.

Perang yang berlangsung selama 5 tahun dan membawa efek yang membuat kekuasaan wilayah Yogyakarta dan Surakarta berkurang, dan banyak menguras uang Belanda.

Akhir Perang Diponegoro

Untuk menghadapi perang Diponegoro,  pihak Belanda harus menarik pasukan yang digunakan untuk perang di Sumatera Barat.

Pada saat itu Belanda juga sedang menghadapi perang besar yang dikenal dengan perang padri.

Namun akhirnya Belanda harus melawan kedua belah pihak dan bersatu untuk berbalik melawan kolonial Belanda.

Berakhirnya perang Jawa menjadi akhir dari perlawanan seluruh bangsawan jawa pada waktu itu, dan setelah perang ini berakhir maka jumlah penduduk kian menyusut.

Tokoh dalam Perang Diponegoro

Untuk melancarkan aksi perang, Pangeran Diponegoro dibantu oleh beberapa personal masyarakat di bawah ini:

  • Perang Diponegoro

Saat Perang terjadi, Pangeran Diponegoro menjabat sebagai wali raja bagi Hamengkubuwono V yang masih berusia dua tahun bersama Ratu Ageng dan Patih Danuredjo.

Namun, karena kebijakan Belanda yang dinilai merugikan para petani dan keraton menjadi bangkrut, ia memilih untuk memutuskan hubungan dengan keraton dan mempersiapkan perang suci selama 5 tahun.

  • Kyai Mojo

Kyai Mojo yaitu seorang ulama, ia membantu Pangeran Diponegoro untuk melancarkan aksinya dan sebagai pemimpin spiritual dan panglima perang.

Namun, hubungan dengan Pangeran Diponegoro berubah ketika Diponegoro menggunakan sentimen Jawa tentang Ratu Adil sebagai penyelamat masyarakat dan penindasan du tahun 1828, karena menurut Kyai itu dianggap sebagai penyimpangan dari kebenaran.

Dan Kyai Mojo berhasil ditangkap Belanda di Sleman dan dibawa ke Salatiga.

  • Sentot Alibasah Prawirodirdjo

Pangeran Diponegoro memanfaatkan situasi untuk menarik dukungan dari Sentot, karena Sentot adalah keponakan dari Hamengkubuwono IV yang memiliki dendam dengan Belanda karena ayahnya, Ronggo Prawirodirjo, tewas saat masa pemerintahan Daendels.

Pada tahun 1829, Sentot menyerah kepada Belanda dan dikirim untuk mengalahkan Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri.

Namun, ia berkhianat dan memasok senjata bagi pemberontak sehingga diasingkan ke Bengkulu.

  • Hendrik Smissaert

Hendrik Smissaert yaitu Residen Yogyakarta yang dipilih oleh Gubernur Jenderal untuk menangani wilayah tersebut, dimana Smissaert menduduki tahta selama sekitar 31 bulan sebagai pemimpin keraton.

Namun, hal ini dianggap sebagai penghinaan terhadap masyarakat Jawa, karena memasang patok jalan yang melewati batas makam leluhur Diponegoro.

Dan smissaert adalah orang yang berperan besar dalam tercetusnya Perang Diponegoro.

Kesimpulan

Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pangeran yang dikenal  sebagai salah satu pahlawan nasional Republik Indonesia yang sangat berani dalam melawan para penjajah Belanda.

Perang diponegoro menjadi perang besar yang terjadi selama 5 tahun yaitu pada tahun 1825 sampai 1830 di pulau Jawa, Hindia Belanda dan perang diponegoro dikenal dengan perang jawa.

Ada berbagai penyebab meletusnya perang diponegoro dan salah satunya karena adanya provokasi dari pihak belanda yang waktu itu ingin bertekad menguasai keraton dan membuat jalur yang dianggap tidak sesuai.

Dengan demikian peperangan ini dikenal dengan nama perang diponegoro: latar belakang, penyebab, kronologi & akhir perang dalam sejarah nusantara.

Orang juga bertanya

English private teacher, seo writter, english translator, and content writer.

Tinggalkan komentar